10 Februari 2008

DI KALTIM: AGLO BERJAYA

Minggu, 10-Februari-2008 - Aglaonema berjaya di Kalimantan Timur. Meski dihantam badai Anthurium, penggemar aglo bukannya surut malahan berkibar. "Di sini, aglo rasanya tidak ada matinya," kata Kamran, pedagang aglo di Samarinda, yang dikenal sering menyabet gelar kontes setempat.


Menurut pengamatan Syafruddin Pernyata, Kepala Dinas Diknas Kaltim, yang juga dikenal sebagai pecinta aglo fanatik, tanaman keluarga arracae ini masih merupakan tanaman hias yang diburu di Samarinda, Balikpapan, Bontang, Tarakan, bahkan Tanjung Selor sampai Tanjung Redeb. "Lihat saja, setiap kali ada pameran di Kaltim, aglo selalu menjadi primadona yang mengisi sebagian besar stand," ujarnya.

Di kebun miliknya, Taman Bunga Salma Shofa yang terletak di jalan Mugirejo, km 4,5 Samarinda Utara juga berjejer aneka aglaonema koleksinya. Harga bervariasi, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah per pot. "Alhamdulillah, selalu laris manis," kata Pak SP, begitu sang Kepala Dinas biasa disapa.

Hal ini juga diakui banyak orang. Kamran, yang tadi misalnya, mengakui, pamor aglo sangat luar biasa. Yang membuatnya getol terus mengkoleksi dan membelinya adalah karena harganya yang relatif stabil.

"Sudah tanamannya menyenangkan, kalau disimpan sampai kapan pun harganya tetap stabil, tidak jatuh seperti anthurium," ujar pedagang aglo asal Tenggarong ini.

Ibu Barus, pedagang di Samarinda juga mengakui hal sama. "Meski katanya anthurium harganya mahal dan dicari-cari orang, dari dulu saya tetap menjagokan aglo," kata wanita asal Jawa Timur ini.

Camat Kunjang, Samarinda, H. Sugeng yang rajin menggelar pameran-pameran di wilayahnya, dan bahkan termasuk perintis pameran-pameran tanaman di Samarinda melihat, aglaonema memang belum bisa dikalahkan oleh anthurium.

"Dari nilai ekonomisnya, tentu karena harga aglo lebih stabil. Jadi kita aman memeliharanya. Kalau anthurium, orang takut kalau beli harganya jatuh," ujar Pak Camat.

Pak Camat sendiri, termasuk penggemar aglo. Koleksinya dari hari ke hari bertambah. "Saya dan istri menyukai aglo karena warna daunnya yang istimewa, ada merah, ada kuning, ada pink dan sebagainya."

By the way, bagaimana pasaran anthurium?

Sugiyanto, penggiat pameran di Samarinda melihat, anthurium sulit berkembang di Samarinda.

Sugi, yang sehari-hari adalah Sekretaris Desa di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Kunjang, Samarinda ini justru merasa kasihan pada pedagang Anthurium 'asuhan'nya.

"Lagi enak-enak berjualan, tahu-tahu diserbu pedagang-pedagang dari Jawa yang memasukkan anthurium-anthurium dengan harga sangat murah. Teman-teman pedagang setempat tentu saja tidak berdaya digempur seperti itu. Akhirnya mereka memilih, untuk tidak menjual banyak-banyak anthurium."

Sugi pun menunjukkan dampaknya. "Sampeyan lihatlah. Di ajang pameran yang digelar di Samarinda belakangan, orang malas menjajakan anthurium. Otomatis, pamor anthurium jadi hilang dengan sendirinya. Sebaliknya pada aglo. Tambah mencorong pamornya, karena nampang di mana-mana," demikian Sugi.***

(kj) http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=150

YANG SEMAKIN DIMINATI: ANGGREK MONYET

Minggu, 10-Februari-2008 - Eksotisme anggrek terlihat dari aneka ragam dan warna bunganya. Tapi, bagi anggrek ekor monyet pesonanya terlihat dari warna daun dan besarnya sulur tangkainya yang menyerupai ekor monyet. Belakangan ini banyak pecinta tanaman yang berburu untuk dikoleksi, namun jumlah yang tersedaa di pasar tampaknya tak seimbang dengan permintaan. Akibatnya harganya pun mahal.

Tanaman epifit ini dapat dijumpai di kawasan hutan tropis dengan ketinggian antara 700-1250 dpl. Tumbuh dan menempel di pohon pinus, mahoni, maupun pohon kemiri dengan suhu udara lembab dan sejuk. Namun bisa juga beradaptasi di daerah panas asal pola perawatannya khususnya hal penyiraman dilakukan secara tepat.

Karena bisa adaptasi di daerah panas, maka banyak pencinta tanaman yang tinggal di perkotaan yang suhunya panas tertarik mengkoleksi. Harga jual untuk ukuran 15-20 cm dibandrol Rp 30 – 50 ribu. Harga bisa dua kali lipat kalau ukurannya lebih besar atau stok tanamannya sedang kosong.

Menurut Agus Toha, pecinta anggrek di Mojokerto, merawat anggrek ekor monyet itu mudah. Yang harus diperhatikan adalah media tanam dan perawatan rutin hariannya. Media tanam yang bagus adalah pakis lembaran. Dengan media pakis itu, anggrek ekor monyet akan cepat adaptasi dan dapat tumbuh bagus.

Selain memakai pakis, menurut Agus, anggrek ekor monyet dapat ditempelkan langsung di pohon mangga. Pertumbuhan anggrek ekor monyet yang ditanam di pakis dengan di pohon mangga, sejauh ini lebih bagus di pohon mangga. Bahkan, hampir semua jenis anggrek dapat tumbuh bagus bila menanamnya ditempelkan langsung di pohon mangga.

Perawatan
Bila daerah untuk menanam anggrek ekor monyet sudah lembab dan sejuk, perawatan yang dilakukan sangat mudah. Disemprot air tiga kali sehari pun tidak masalah. Berbeda kalau dipelihara di daerah panas.

Pola perawatan bila di daerah panas menurut, Agus Toha sebagai berikut :
1. Anggrek ekor monyet yang baru dibeli dari daerah lembab, sesampai di daerah panas harus diadaptasikan. Adaptasi cuaca yang paling mudah, adalah meletakkan tanaman itu di kamar mandi. Minimal selama tiga hari.
2. Setelah masa adaptasi, tempatkan di luar rumah pada tempat yang teduh dan tidak terkena langsung sinar matahari. Seperti di bagian teras rumah atau dibawah tanaman yang rindang.
3. Bila media tanam yang digunakan adalah pakis lembaran, maka perawatan yang diberikan harus baik. Setiap hari, khususnya pagi hari, harus disemprot air. Bila adaptasi sudah dilakukan lebih dari dua bulan, maka proses penyiraman rutin dapat dilakukan maksimal tiga hari sekali.
4. Agar lebih bagus pertumbuhannya, selain perawatan rutin, dapat pula digunakan berbagai jenis pupuk tanaman yang sesuai untuk anggrek. Pemakaiannya jangan berlebihan, agar tidak membahayakan tanaman.

“Perawatan anggrek ekor monyet memang mudah. Tapi hal utama yang perlu diperhatikan adalah pola penyiramannya. Sebab, bila penyiramannya terlambat, daun anggrek ekor monyet yang bentuknya menyerupai daun pinus atau cemara itu mudah kering. Bila kering tentulah keindahannya akan berkurang,” kata Ketua Yayasan Citra Jatim itu mengingatkan.***

(Majalah Kembang/yuswanto)
http://www.langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=149

KELADI HIAS, DIRAMAL BAKAL DICARI DI TAHUN 2008?

Jumat, 01-Februari-2008 - Keladi sebagai tanaman hias yang menampilkan keindahan pada daunnya seakan tidak mau meninggalkan momen pameran tanaman hias yang gencar diselenggarakan di negeri ini. Meski belum jadi primadona, beragam jenis dan corak yang indah sudah dapat dijumpai di beberapa stan. Harga jual pun perlahan naik, khususnya yang belum banyak beredar di pasaran. Ada yang meramal, keluarga caladium bakal turut meramaikan bursa tanaman hias tahun 2008.

Ramalan itu bukannya tanpa dasar. Indikasi itu nampak dari penjualan di tingkat pedagang yang mengaku omzet penjualan tanaman keladinya terus meningkat. Senthe Garden Mergayu Tulungagung Jawa Timur, misalnya, mengaku mulai kebanjiran pesanan hingga ke luar Jawa.

“Setiap kali kami tampil di pameran dengan menawarkan jenis dan corak keladi yang baru, kontan mendapat respon bagus. Mereka berburu yang baru untuk menambah koleksi yang belum dimiliki. Setidaknya 30 pot terjual setiap hari belum termasuk stan kami di Tulungagung,” ujar Mustofa dari Senthe Garden menggambarkan arus perdagangan keladi di tempatnya.

Di pameran Banjarmasin Lautan Bunga 2007 perdagangan keladi juga cukup lumayan. Menurut Ijas Flower yang sehari–hari membuka kios bunga di jalan A Yani Pal 4 Banjarmasin Kalsel, keladi yang dijual di sini sebagian besar kiriman dari Jawa. “Keladi Liliput rumpun kami jual Rp 30.000 per pot,” ujarnya.

Di Agro Expo di TMII Jakarta, idemdito. Bedanya yang lebih laku di TMII justru keladi jenis lokal. Dedeng pemilik kios di daerah Ciapus mengatakan keladi lokal jenis tertentu lebih banyak diburu.

Beberapa keladi yang tampil di pemeran umumnya cantik dan indah serta dari jenis-jenis yang jarang ada di pasaran. Hal ini membuat harga jenis tersebut menjadi tinggi. Satu pot keladi berdaun minimal 4 dibandrol Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu.

Berdasarkan pantauan di sejumlah pameran yang ada, jenis keladi yang tergolong laris adalah jenis Thai Beauty, Batik, Keris, Lance Whorston, Batura, White Christmast hingga Pink Beauty. Si mungil Liliput dengan corak daun yang menawan juga memikat hati.

Penyebab keladi laris, menurut Imron, dari Creatiflora Nursery, Gresik, Jawa Timur, karena tanaman ini sudah dikenal lama oleh penghobi tanaman. Apalagi jenis dan corak yang ada sekarang lebih beragam. Bahkan menurutnya, kalau Anda adalah penghobi tanaman sejati dipastikan akan tertarik jika melihat keindahan keladi.

Belakangan memang banyak penggemar keladi hias. Lily yang tinggal di kawasan Darmo Indah, Surabaya, misalnya dan Kiki, yang tinggal di Rungkut. Bahkan Kiki dulunya adalah pecinta anggrek. "Meski harganya mahal, saya terpikat oleh kecantikannya," kata Kiki.

Lily yang tadi juga mengakui keladi memang indah. Namun menurutnya banyak orang takut memeliharanya karena ada informasi bahwa keladi gampang mati dan tidak tahan hidup di daerah panas seperti Surabaya. “Pendapat seperti itu sebenarnya kurang tepat. Selama tanaman itu diletak kan di teras dengan sirkulasi udara cukup sejuk pasti aman-aman saja,” ujar wanita berpostur imut itu.

– Majalah Kembang/yogie
http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=146

DI JATENG BARAT ANTHURIUM MURAH MASIH DIMINATI, LHO

Sabtu, 02-Februari-2008 - Siapa bilang riwayat anthurium sudah tamat? Paling tidak, masyarakat di Jawa Tengah bagian barat, tepatnya di Purwokerto, Sumpyuh, Banjarnegara, Cilacap, Banyumas dan sekitarnya masih menyukai tanaman dari keluarga arracae ini.

Sedikit-banyak Banyumas Agro Expo 2008 yang digelar akhir Januari lalu, membuktikan anthurium masih merajalela di stand-stand dan memancing animo masyarakat.

Salah satu stand yang banyak memajang anthurium adalah Panda Nursery, milik Wongso. Yang banyak digelar adalah anthurium-anthurium jenis anakan atau bibitan, 2, 3 daunan.

Gelombang Cinta anakan atau bibitan 2,3 daunan misalnya dijual seharga Rp. 15 ribu per tanaman. Kalau membeli kompotan, berisi sekitar 20 tanaman, harga bisa lebih miring, dan lebih miring lagi kalau membeli sekaligus kompotan berisi 100-an tanaman.

Jenmanii 5, 6 daun dengan panjang dan lebar daun antara 5 - 10 cm, dibandrol antara Rp. 1 juta sampai Rp. 1,9 jt. Kok tanggung amat tidak dibandrol 2 juta sekalian? "Hehehe...," kata seorang pemilik stand berambut gondrong yang dikuncir seperti pendekar dan tak mau disebut namanya. "Harganya memang sengaja diupayakan tetap kepala satu supaya kelihatan murah. Jangan sampai kepala dua, misalnya, 2 juta, kesannya kan jadi mahal," katanya.

Bagaimana potret bisnis anthurium di luar arena pameran?

Sejauh ini sih oke-oke saja. Hanarto dari Puspa Nirmala Nursery, bahkan mengaku masih bisa melempar 5 sampai 10 kompotan Gelombang Cinta berisi sekitar 100 tanaman dengan harga Rp. 8,500,- per pohon setiap minggu. Pembelinya umumnya pedagang untuk dijual lagi. "Pembelinya orang Solo," katanya jumawa.

Rudy, yang notabene pemain baru di Purwokerto Timur, tetap pede menyemai anthurium. "Masih jalan, tidak perlu takut," katanya dengan wajah berseri. Hookeri Merah 1 daun hasil semaiannya dipatok Rp. 22.500 per pohon, untuk pembelian minimal 100 pohon. "Kalau dibeli murah, mending saya besarkan," katanya berapi-api.

Wahadi dari Supermarket Tanaman Depo Pelita di Sokaraja, kota kecil di sebelah timur Purwokerto juga mengakui hal yang sama. "Wah, saya sampai kewalahan," katanya. Yang laku diakuinya anthurium-anthurium berukuran kecil yang harganya di bawah Rp. 300rb. Yang indukan menurutnya tidak bergerak. "Maklum, pembeli kami pengecer," tambahnya.

Agus dari Warung Kita Nursery asal Sumpyuh tidak memungkiri bahwa anthurium masih berjaya di 'wilayah kekuasaan'nya. "Kalau harganya murah, ya pasti ada yang beli," katanya. "Lha wong konsumen itu pada dasarnya membeli harga, kok, dan bukan membeli tanaman," katanya dengan bahasa Banyumas yang medhok.

Jadi, begitulah laporan singkat dari Jawa Tengah bagian barat. Ringkasnya: Anthurium masih berkibar-kibar.***

(Puput, kontributor LangitLangit di Jateng)
http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=147

MENAPAK TANAMAN HIAS DI PULAU TIMOR


Kamis, 31-Januari-2008 - Menjejak kaki di Pulau Timor kesan pertama adalah alam yang keras, suhu panas, tanah bebatuan, tumbuhan yang jarang. Hanya hamparan ilalang yang tumbuh enggan mati tak mau. Semua itu memperkuat kesan bahwa pulau Timor adalah lingkungan yang sarat dengan perjuangan kehidupan.

Sejak keluar dari kompleks bandara El Tari di kota Kupang, nuansa keras kehidupan di Pulau Timor semakin nampak dengan pembangunan daerah yang kurang begitu maksimal. Banyak rumah penduduk masih jauh dari taraf kehidupan masyarakat sehat. Bangunan perumahan juga kurang tertata dengan sempurna.

Pulau Timor adalah pulau paling besar yang dimiliki propinsi Nusa Tenggara Timur. Selain pulau Timor, NTT memiliki hampir 550 pulau. Ada pulau-pulau besar dan sedang. Banyak pula pulau-pulau kecil yang belum diberi nama secara resmi. Tiga pulau utama di NTT adalah pulau Flores, Sumba, dan pulau Timor Barat.
Pulau Timor pada bagian selatan dan tenggara terletak negara Australia. Pada sebelah barat laut adalah pulau Sulawesi dan pada arah barat ialah pulau Sumba. Pada sebelah barat-barat laut Timor adalah kepulauan Flores dan Alor, dan pada sebelah timur laut terletak Kepulauan Barat Daya, termasuk Wetar.

Kehidupan alam pulau Timor sangat variatif. Kala terik, suhu udara bisa mencapai 35 derajat celcius. Kala malam, udara di daerah pegunungan Pulau Timur bisa mencapai beberapa derajat celcius di atas titik nol. Karena itulah, hingga sekarang masyarakat di pulau Timur masih banyak yang melestarikan Ume Kbubu.
Ume Kbubu adalah rumah adat di pulau Timor. Ume Kbubu artinya rumah bulat. Rumah adat di pulau Timor di beri nama Ume Kbubu, karena memang rumah tinggalnya berdiameter bulat. Biasanya hanya berdiameter sekitar 3 - 4 meter. Bentuknya seperti tumpeng bagi masyarakat Jawa. Sekeliling Ume Kbubu beratapkan ilalang kering yang sangat tebal.

Konon, banyak masyarakat yang masih suka melestarikan Ume Kbubu, karena sangat efektif berfungsi untuk melindungi keluarga dari serangan hewan liar dan dingin malam yang bisa menerjang siapa saja. Karena itu, bangunan Ume Kbubu tidak terlalu panjang. Hanya cukup untuk tempat tidur. Untuk masak dan kamar kecil disediakan ruang di luar Ume Kbubu.

Mengingat keberadaan cuaca di Pulau Timor yang sangat ekstrim, maka tidak terlalu banyak tumbuhan yang bisa bertahan hidup di lingkungan yang biasa. Karena itulah keberadaan tanaman hias di Pulau Timor, khususnya di beberapa kota dan kabupaten yang terletak di dataran rendah, keberadaannya menjadi sangat berarti.

“Kalau hanya bergantung alam, seperti tanaman dibiarkan begitu saja, maka tanaman akan mati. Tanaman hias di Kupang bisa hidup kalau mendapat perawatan lebih. Seperti ditaruh di teras rumah dengan perawatan intensif setiap hari.” ungkap ibu Kennedi, istri Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kupang.

Begitu sulitnya melakukan perawatan terhadap tanaman hias, tidak banyak rumah tangga di Kupang yang intens memelihara tanaman hias. “Memang hanya sedikit keluarga di Kupang yang merawat tanaman hias dengan serius. Tanaman yang dirawat paling hanya keladi atau aglonema lokal yang mungkin di Jawa tidak ada nilainya.” ungkap Mama Mollo, pedagang tanaman hias yang membuka stand di depan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Belum banyaknya masyarakat yang berminat terhadap tanaman hias, bukan berarti pulau Timor tidak memiliki tanaman hias yang membanggakan. Pulau Timor memiliki beberapa jenis tanaman khas, yang mungkin jarang ditemui di daerah lain. “Jenis tanaman yang langka itu adalah Sarang Semut, Pachypodium dan berbagai bahan tanaman bonsai. Dengan medan ekstrim dan kekayaan lingkungan yang sangat spesifik, pulau Timor memiliki kekayaan yang mungkin jarang orang lain tahu.” ungkap Mama Mollo.

Belum banyaknya masyarakat yang mengembangkan tanaman hias untuk dinikmati dalam lingkungan rumah tangga, juga berimbas pada minimnya pengusaha bunga dalam skala besar. “Di Kota Kupang, tidak lebih dari 5 orang yang melakukan usaha agrobisnis tanaman hias secara serius. Dari jumlah yang sedikit itupun, dua pengusaha tanaman hias paling besar di Kupang, berasal dari daerah Batu, Jawa Timur.” ungkap Arifin Djenawa, dosen Universitas Muhammadiyah Kupang yang mengaku mulai meminati tanaman hias untuk koleksi di rumahnya.

Ada belasan orang di Kota Kupang yang memulai merintis usaha tanaman hias. Usaha mereka dilakukan dengan pola yang sangat sederhana. Pedagang hanya menjajarkan tanaman hias yang dijual dalam jumlah kecil di pinggir jalan, seperti orang yang menjual jajanan.

“Kami berjualan dengan cara berpindah. Karena tidak ada tempat jualan yang bagus. Kami bawa tanaman, dalam jumlah puluhan, lalu dijual di pinggir jalan. Ada Aneka Krissan, Cemara, Puring, Samia Kulkas, Ephorbia dan Adenium.” ungkap Dery Kase, penjual tanaman hias yang mangkal di jalan Lalamente dan jalan Polisi Militer, Kota Kupang.

Selain penjual dalam skala kecil yang menjajakan tanaman secara nomaden di pinggiran jalan, ternyata ada juga pedagang dalam skala besar. Salah satunya adalah Fina Kristanti. Ibu satu anak berusia 26 tahun ini memiliki koleksi tanaman dalam jumlah lengkap dan bagus. Memiliki stan bunga besar bernama Stan Bunga Nusa Indah. Di atas lahan 500 meter yang terletak di jalan Cempaka Lama, Forten, Kota Kupang, Fina menjual aneka tanaman sekelas nursery besar di Surabaya. Ada indukan gelombang cinta, ada indukan berbagai tanaman aglaonema, samia kulkas, anggrek, pillo hingga aneka palem.

“Stand saya besar karena ini dulu rintisan ayah kebetulan dari Batu, Jawa Timur. Dirintis sejak tahun 2000. Bapak saya bernama Gamun, dari Jl. Mawar Kuning 17 Sidomulyo, Batu. Setelah sukses, bapak pulang ke Jawa. Saya melanjutkan. Namun bapak tetap membantu mengirimi tanaman yang kita perlukan dari Jawa. Jadi kalau perlu tinggal kontak, lalu dikirim.” tutur Fina yang koleksi indukan gelombang cintanya dibandrol 5 juta rupiah itu.

Soal peluang pasar, baik Dery maupun Fina mengaku optimis dengan tanaman hias di Kupang khususnya, dan NTT. “Walaupun belum booming seperti di Jawa dan Sumatera, namun kecenderungan peningkatan minat masyarakat terhadap tanaman hias sangat tinggi. Kalau dulu masyarakat hanya memelihara Aglao jenis lokal, sekarang sudah mulai banyak yang menanyakan Pride of Sumatera. Jadi kita yakin akan ada peningkatan. Hanya memang perlu intensitas dalam hal sosialisasi dan pemasaran.” ungkap Dery Kase kembali.

Jadi peluang untuk membuka usaha di Kupang tetap terbuka dengan lebar. Anda tertarik mengembangkan usaha di Pulau Timor? Kalau ada minat, mengapa tidak dirintis mulai sekarang? – Majalah Kembang/basuki babussalam
http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=143

KAMPUNG POHON: PUSAT PERDAGANGAN FLORA DAN FAUNA DI CIKARANG PUSAT

Kamis, 31-Januari-2008 - Warga di Jabodetabek akan segera punya sentra perdagangan flora dan fauna baru, namanya Kampung Pohon. Lokasinya, di City Forest Perumahan Deltamas, Cikarang Pusat, Bekasi, atau antara jalan tol Jakarta - Cikampek atau Jakarta - Bandung.

Grand opening pusat perdagangan seluas 10 hektar ini direncanakan pada Maret 2008 dengan membuka serentak sebanyak 40 kavling sekaligus. Tapi, "Mohon maaf, saat ini, semua kavling sudah terisi penuh. Jadi tinggal buka saja," kata Tjatur Heru Purnomo, pengelola, sekaligus Ketua Umum Asosasi Kampung Pohon.
Tjatur optismistis bahwa sentra perdagangan ini bakal segera menyedot pengunjung dan pecinta flora dan fauna baik dikawasan Jabodetabek maupun di luar Jabodetabek.

"Lokasinya sangat strategis. Pedagang atau pecinta tanaman dan fauna dari Bandung, Cirebon dan kota-kota di Jawa Tengah pasti akan tergoda mampir ke sini, karena lokasinya persis di antara jalan tol Cikampek - Jakarta atau Cipularang - Jakarta." Tak aneh, kata Tjatur, banyak nursery besar dan pemain flona terkemuka yang buka kavling di sini.

Tak hanya itu, menurut Tjatur, Kampung Pohon juga punya daya pikat tersendiri, yaitu terintegrasi dengan pusat dan taman hiburan yang ada di Perumahan Deltamas. Sehingga berbeda dengan lokasi sejenis yang ada, tampaknya Kampung Pohon memang dibuat 'tampil beda'.

"Kalau mau ngadem (merasakan suasana dingin, red), pengunjung bisa masuk mal yang tersedia di dekat situ, kalau lapar atau haus, tersedia kantin atau cafe, kalau anak-anak mau hiburan tersedia pusat permainan. Jadi diharapkan akan jadi tempat tujuan wisata bagi keluarga yang mengasyikan," tambahnya.

Perlu dicatat, pusat bisnis flora dan fauna itu tidak menyediakan kavling untuk berjualan burung atau jenis unggas lainnya, termasuk tanaman atau hewan yang dilindungi oleh pemerintah. Mungkin agar pembeli tidak takut terkena flu unggas, atau beli barang larangan. (Lihat foto2 lokasi, klik di sini).

Luas setiap kavling di Kampung Pohon 210 meter persegi, dengan panjang 30 m dan lebar 7 meter. Jalan utama selebar 10 meter. Setiap penyewa kavling dipungut beaya pengelolaan sebesar Rp. 11 juta untuk tiga tahun. Untuk memperkenalkan Kampung Pohon, pihaknya berjanji akan melakukan promosi gencar.

Tapi bagaimana nasib lokasi itu di masa depan mengingat lokasi itu milik pengembang perumahan? Jangan-jangan kalau ada investor yang berniat membangun apartemen, nursery yang ada dengan gampang digusur?

"Ah tenang saja. Kami dari Asosiasi dan pihak pengembang sudah sepakat untuk menjadikan Kampung Pohon menjadi ikon atau landmark pihak pengembang. Jadi itu asset pengembang juga. Karenanya, pengembang berkepentingan memelihara dan memajukannya," ujar Tjatur yang juga dikenal sebagai penggemar fanatik tanaman hias itu. Ya, syukurlah.***

http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=145

MENDONGKRAK ADENIUM AGAR BERGOLAK


Rabu, 16-Januari-2008 - Meski realita pasar menunjukan pamor adenium dari hilir hingga hulu merosot tapi banyak kalangan membantah adenium sudah tidak diminati. Menurut mereka, itu hanya akibat siklus perkembangan tanaman hias semata.

Betapa pun menurut mereka, harus dilakukan langkah-langkah agar pasar kembali bergairah, sebab peminat adenium secara umum masih banyak. Hal ini merupakan tantangan bagi pihak yang terlibat langsung terhadap perputaran roda adenium.

“Peminatnya masih cukup lumayan. Tapi di lapisan penghobi menengah atas minat belinya terbagi kepada tanaman yang sedang booming. Hal itu bisa dimaklumi karena budaya ikut-ikutan. Kalau tak punya koleksi tanaman yang sedang ngetren khawatir dianggap tidak mengikuti perkembangan,” ujar H. Chusnurrofik, Ketua PPADI Kab Sumenep.

Chusnurrofik memang optimis adenium bisa bangkit lagi karena sudah familiar dengan semua lapisan masyarakat penggemar tanaman hias. Apalagi saat ini harganya lebih terjangkau. Hal itu dibuktikan ketika menggelar pameran tanaman hias dan kontes adenium kali kedua sejak PPADI Kab Sumenep terbentuk, pengunjung banyak yang membawa pulang adenium.

Pengalaman Sony petani dan pedagang adenium di Gresik selama ikut pameran di Banjarmasin Lautan Bunga 2007 yang diselenggarakan Ijo Royo Organiser Surabaya juga sama. Ia terpaksa harus pulang ke Gresik mengambil adenium lagi gara-gara stok yang dipajang di pameran mulai menipis lantaran laris terjual di kota seribu sungai itu. Artinya pasar adenium di luar pulau kembali terbuka lebar meski anthurium sudah memasuki pulau Borneo.

Eddy Sutioso bos Santa Pet Store and Nursery di jalan HR Muhammad Surabaya juga mengarakan pasar adenium akan bergairah lagi. Bahkan ia memprediksi pada tahun 2008 adenium akan mengalami perkembangan yang signifikan. Di kalangan komunitas tanaman hias memang sudah ada kasak-kusuk bahwa adenium masuk dalam barisan di antara tanaman hias yang bakal laris pada tahun 2008.

Meski demikian, banyak pihak beranggapan, para pedagang khususnya yang sering ikut pameran harus lebih kreatif dalam pola berdagangnya. Contohnya, Nizam ketua PPADI Jatim.

“Jangan hanya berteriak saja ketika dagangannya sepi lantas komplain atau menyalahkan panitia, kenapa kok sepi. Mana pengujungnya. Kok tidak ada yang beli dan berbagai alasan lain ditujuhnya pada penyelenggara. Apakah kondisi seperti itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab panitia? Yang pasti tanggung jawab bersama,” terang Nizam.

Kreatif yang dimaksud Nizam adalah menampilkan sesuatu yang manarik perhatian agar pengunjung mampir ke stan. Misalnya di dalam stan dilakukan kegiatan atau demo membentuk percabangan akar seribu, grafting atau membuat kreasi adenium unik. Menggantung bonggol berakar serta mendisplay adenium yang sedang dalam proses pembentukan akar juga manarik untuk ditampilkan.

Cara menata dagangan juga berpengaruh terhadap daya tarik pengunjung. Seperti penempatan tanaman yang menjadi mascot penjualan dagangan kita. Ciptakan kesan kalau tanaman yang kita jual itu ekslusif sehingga pembeli tidak berfikir lagi soal gengsi apabila membeli tanaman tersebut.

Usahakan semua tanaman yang dijual ditempatkan pada tempat yang representative di sebuah rak yang tertata rapi. “Menggunakan pot plastic ukuran 35 ke atas juga bagus katimbang bergeletak di bawah. Selain ringan juga praktis cara membawanya karena tidak banyak memakan tempat saat pengangkutan,” ujar Nizam memberi ide.

Menghias stan agar nampak beda juga bisa dilakukan seperti yang kerap kita lihat pada pemeran pembangunan, property, otomotif dan sebagainya. Menggunakan Sales Girl Promotion (SPG) yang berpenampilan menarik, bisa dicoba.

Jika pedagang sudah menguasai kiat menjual khususnya di pameran maka kepanikan menyikapi kondisi pasar akan lebih arif. Tidak harus emosional dengan membanting harga. Dan melakukan praktik pembohongan barang yang dijual kepada calon pembeli khususnya yang belum paham perihal tanaman yang akan dibeli.

Jika semua pemaparan di atas bisa diterapkan maka suasana pemeran tanaman hias pun menjadi nyaman dan eksklusif. Pedagang tidak lagi berteriak–teriak melampias kejenuhan lantaran barang dagangannya belum laku. Maka secara bertahap pula pasar adenium bisa bergairah lagi. Seperti jawaban Nizam ketika ditanya bagaimana perkembangan pasar adenium? “Menunggu para pedagang yang asal banting harga sudah tidak ada”

Menurut Ir Slamet Budiarto, adenium memiliki banyak kelebihan katimbang tanaman lainnya. Mulai dari bonggol, batang hingga daunnya bisa dinikmati penghobi. Dan punya penggemar sendiri, misalnya ada yang tertarik pada keindahan bunganya, atau bonggol dan batangnya yang bisa dibuat menjadi suatu karya seni yang sensasional.

“Selain itu perawatan adenium sangat mudah sehingga bisa menjadi tanaman yang memiliki tren jangkah panjang,” tutur Slamet. (Majalah Kembang - yogie )
http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=134

SERANGAN BALIK ADENIUM DI TAHUN 2008


Rabu, 16-Januari-2008 - Caudex–caudex Arabicum original dari Yaman bernilai miliaran rupiah sudah didatangkan oleh Socotra Garden ke negeri ini. Awal tahun 2008 Godong Ijo juga akan meluncurkan varian bunga adenium terbaru. Sementara itu PPADI segera akan menata struktur pengurus pusat yang tertunda saat Munas di Jogya. Sedangkan seniman I Gede Merta semakin banyak menghasilkan karya adenium unik yang sensasional dan imajinatif.

Fenomena di atas menggambarkan pasar adenium bakal menggeliat lagi setelah pamornya merosot tergeser Aglonema dan Anthurium dalam tahun-tahun terakhir ini.

Diakui oleh Nizam ketua PPADI Jatim sejak kedua jenis tanaman hias tersebut booming, tingkat penjualan adenium merosot. Namun secara umum harga masih bisa bertahan, meski ada beberapa pedagang melakukan banting harga khususnya di pameran. Hal itu mereka lakukan karena kepanikan yang tidak siap menghadapi gejolak pasar dan tidak punya kiat menjual dengan baik.

Merosotnya perdagangan adenium di pasaran harus disikapi secara professional. Bukan malah putus asa dengan cara mengobral murah, yang penting laku. Pola berdagang seperti itu justru membuat image adenium tidak menjadi suatu tanaman yang bisa mendongkrak prestise pemiliknya. Para pelaku bisnis dan praktisi serta elemen lain pecinta adenium harus lebih berani melakukan gebrakan pasar agar adenium kembali semarak.

Seperti yang dilakukan Godong Ijo yang rutin dua kali dalam setahun mengeluarkan varian bunga baru adenium yang meluncur di pasaran. Yang lebih heboh lagi menjelang akhir tahun 2006, yaitu Neli Hasan dari Socotra Garden Tangerang mendatangkan arabicum original berbonggol gede langsung dari negeri Yaman dengan menghabiskan dana miliaran rupiah.

Sontak kedatangan Si Ratu Gurun ini menjadi perbincangan menarik di kalangan pecinta dan kolektor adenium. Langkah Neli Hasan tak berhenti sebatas mendatangkan lalu ‘menyimpan’ di nurserynya yang berada di kawasan Cipandah Tangerang Banten. Ia pun menampilkan caudex – caudex Arabicum tersebut pada pameran Agro Expo di halaman Museum Purna Bhakti Pertiwi TMII Jakarta November lalu.

Penampilan Si Ratu Gurun yang dipajang satu deretan dengan adenium berbentuk unik karya I Gede Merta seniman dari Bali menjadi perhatian pengunjung. Berbagai komentar bernada heran dan kagum terlontar dari pengunjung yang melihat wujud sebenarnya arabicum yang pernah mereka lihat pada media cetak maupun beberapa website melalui internet.

Lebih menghebohkan lagi ketika Neli Hasan melepas salah satu di antara arabicum Yaman yang kini dibandrol puluhan hingga ratusan juta rupiah sebagai bahan demo menjadi kreasi unik oleh I Gede Merta.

Cara yang dilakukan Neli Hasan, kata Nizam sangat bermanfaat menambah pengetahuan para penggemar adenium. Mereka bisa melihat langsung wujud arabicum asli yang diusung dari habitatnya di Yaman. Sebuah gebrakan yang luar biasa dan patut diacungi jempol.

Sedangkan Chandra Gunawan sebagai pelaku bisnis tanaman hias yang fokus terhadap adenium juga tak mau berdiam diri melihat kenyataan pasar adenium merosot.

Ir Slamet Budiarto Manager Operasional Godong Ijo saat ditemui di kebun Sawangan, Depok menjelaskan tetap akan meluncurkan varian bunga baru agar pasar tetap bergairah. “Secara umum seorang penghobi tidak akan puas dan berhenti sebatas apa yang sudah dikoleksi, apabila ada yang baru, keinginan memiliki cukup tinggi," ujar Slamet.

"Fenomena itu kita tangkap sebagai peluang bisnis sehingga kami selalu berinovasi mengeluarkan produk terbaru. Selama ini sudah rutin kita lakukan dua kali dalam setahun.Dan hasilnya sebagian besar booming di pasar seperti Yelo yang sempat kami bikin sayembara berhadiah mobil. Karena semula kami tidak percaya kalau ada bunga adenium berwarna Yelo,” tambah Slamet.

Dengan cara yang dilakukan Godong Ijo, kenyataan di pasar adenium terkoneksi bergairah. “Memang munculnya varian Yelo di pasaran sempat menggairahkan perdagangan adenium,” kata Nizam yang mendampingi majalah Kembang berkunjung ke Godong Ijo.

Gebrakan I Gede Merta dengan karya - karya adenium uniknya turut pula menghebohkan pecinta seni adenium dan masyarakat umum. Hal itu terlihat ketika ia diundang panitia Agro Expo untuk memamerkan hasil karyanya sekaligus demo membuat adenium unik di lokasi pameran. Sorotan pengunjung tak lepas dari deretan adenium dengan beragam bentuk unik hasil karya seniman asal Bali itu.

“Ternyata bagus juga kalau batang adenium di otak- atik oleh tangan seorang seniman. Harganya pasti mahal,” kata seorang pengunjung berbicara kepada temannya sambil menunjuk adenium unik yang tertulis tema ‘Petua’.

Baragam bentuk adenium unik karya I Gede Merta maupun seniman adenium lainnya bisa menjadi inspirasi berkreasi bagi penggemar Si Ratu Daun dalam mengapresiasikan seni. Juga membuktikan potensi adenium tidak sempit. Banyak ruang yang bisa dinikmati dari adenium oleh semua kalangan. Mulai penghobi rumahan hingga kolektor, pelaku usaha yang terkait dengan tanaman hias, juga akademis serta elemen lainnya.

PPADI selaku wadah komunitas adenium, secara moral turut memikirkan kelangsungan pasar adenium kembali bergairah. Action jangka pendek, kata Nizam adalah penataan struktur pengurus pusat yang sebelumnya sudah dibahas dalam Munas di Jogya namun penerapannya tertunda karena ketua terpilih mengundurkan diri.

“Dalam waktu dekat mungkin bulan Januari akan kita bahas sekaligus mengundang semua peminpin media hobi untuk duduk bersama membahas adenium kedepannya. Program berikutnya akan menggelar kontes secara berseri di beberapa kota di Indonesia,” papar pemilik Bonggol Emas Nursery yang mengkoleksi banyak adenium bonggol emas. (Majalah Kembang Ed 06 - yogie0
http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=133

PHILODENDRON: INDAHNYA BUNGA CINTA


Jumat, 11-Januari-2008- Dengan bentuk daunnya yang lebar, Philodendron banyak disuka sebagai tanaman dalam ruang atau untuk hiasan. Philodendron termasuk dari keluarga Aracea, dan sangat banyak spesies, dengan ciri-ciri tersendiri pada lebar, ketajaman, dan warna daun.

Sebetulnya, keindahan Philodendron (sering disebut Philo saja) tak melulu terletak pada daunnya. Bunga dan batangnya pun terkadang mengundang decak kagum. "Misalnya, Philo Eceng, yang batangnya menyerupai tanaman eceng gondok," papar Arniria Kusuma didampingi sang suami, Bambang Suryono dari Kesuma's Flora.

Di pasaran, Philodendron dikenal dengan nama-nama unik. Selain Philo Eceng, ada juga Philo Kodok yang jika diperhatikan memang mirip kodok, dengan batang bulat. Atau Philo Kabel Busi, karena bentuknya mirip busi berwarna kuning. "Philo Kabel Busi sangat disukai pembeli. Padahal harga per helai daunnya mencapai Rp 400 ribu. Tinggal dihitung jika dalam satu pohon ada 8 lembar daun." Tetapi, imbuh Arniria, diantara semua jenis yang ada, Philo dengan bentuk klasik tetap jadi "ratunya."

Tanaman Teduh
Sebagai tanaman yang berasal dari hutan tropis yang lembab, Philodendron tidak terlalu suka panas. "Akan lebih baik jika diletakkan di atas kolam ikan. Pertumbuhannya lebih baik dibandingkan disimpan di atas rak. Mungkin karena tercipta udara dingin, ya," jelas Arniria.

Bagi pasangan ini, tanaman akan lebih subur jika diberi pupuk cair kimia buatan sendiri. "Kasih sebulan sekali dan semprotkan ke daunnya secara rutin." Yang paling penting, media tanam harus porous agar mampu menyimpan atau mengikat akar. "Seperti pakis, kompos bambu, dan arang sekam. Kalau mau memperbanyak unsur haranya, berikan lebih banyak kompos bambu."

Waspadai ulat atau virus yang membuat busuk akar dan batang. "Jika tumbuh jamur semprotkan fungisida supaya tidak merambat ke daun lain." Arniria membenarkan tanaman ini termasuk yang mudah dirawat asalkan syarat tertentu dipenuhi. "Asal cukup gizi dan makanan pasti akan tumbuh subur."

Untuk mengembangbiakan pohon ini tak terlalu sulit. "Harus dibelah dulu bonggolnya baru bisa diperbanyak meski ada risiko mengalami busuk. Setelah dua bulan baru bisa dilihat hasilnya."

Pohon Cinta
1. Nama Philodendron diambil dari bahasa Yunani, Philo (cinta) dan dendron (pohon).
2. Agar daun tampil mengilap, lap daun dengan susu murni.
3. Jangan simpan tanaman di tempat yang terlalu panas atau langsung kena matahari karena akan berpengaruh ke daun.
4. Berilah pupuk sebulan sekali.
5. Jika ingin disimpan di dalam ruangan jangan terlalu lama, cukup 3 hari. Lalu, keluarkan agar terkena sinar matahari.

(Nova, Noverita K. Waldan)
http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=132

SANSIVIERA, BAKAL NGETREND?


Senin, 07-Januari-2008- Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama Lidah Mertua. Selain sebagai tanaman hias, Sanseviera kerap ditaruh di sudut dapur atau kamar mandi untuk meredam bau. Sansevieria memang termasuk tanaman hias yang sering disimpan di dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi dengan sedikit air dan cahaya matahari. Sekitar 40 persen air saja yang diperlukan tanaman yang berkembang biak melalui umbi lapis ini untuk tumbuh.

Tanaman ini mampu bertahan dalam kondisi di dalam ruangan. Cukup dikeluarkan seminggu sekali agar terkena matahari. Lalu, masukkan kembali ke dalam ruangan. Ia juga mampu bertahan di negara yang memiliki 4 musim. Akibatnya, ia banyak mengalami penyimpangan bentuk, corak, dan warna. "Jenisnya bisa mencapai 600-an," ujar Anna Sylvana dari PT Hujanmas Florestika Kencana. Sebut saja, S. laurentii, S. golden king, S. pinguin cola, S. laurentii cola, S. superba futura.

Tidak memerlukan perawatan yang rumit dan cukup tahan banting itulah keunggulan Sansevieria. Bahkan tak disiram beberapa hari pun tetap bertahan hidup. Tak seperti Aglaonema yang beragam warna, Sansevieria hanya berwarna hijau dan kuning saja.

Meskipun mudah ditanam, Anda tetap harus memperhatikan perawatannya, seperti faktor struktur, cuaca, media, dan bibitnya. "Apalagi kalau pas akan diekspor harus diperlakukan seperti bayi saking harus hati-hati sekali memperlakukannya," tutur Anna yang sering melihat di luar negeri Sansevieria sudah banyak diletakkan di hotel, kantor, dan airport.

Media yang baik, tambah Grace Satyadarma, Direktur P.T. Hujanmas, kalau di lahan menggunakan sekam murni, pupuk kandang, dan tanah bakar. Jika di polybag memakai tanah bakar dan cocopeat. Grace sangat menganjurkan tak memberi pupuk kimia. Karena akarnya jadi busuk dan daunnya akan lepas.

Satu-satunya penyakit yang menyerang Sansevieria adalah jamur. "Jika di manusia seperti terkena cacar air. Sampai saat ini belum ada obatnya," papar Anna. Satu-satunya jalan jika tanaman sudah terkena jamur, dengan memotong daunnya sampai akar. Lalu, lihat bonggolnya. Kalau berwarna putih berarti masih sehat. Jika ada bintik-bintiknya berarti sudah jelek. "Jika telat memotong maka dalam hitungan jam akan menyebar ke tanaman lain dan mati," sambung Grace.

Yang membuat Sansevieria menjadi unik, jika dilakukan perbanyakan belum tentu mendapat hasil yang sama dengan induknya. "Malah bisa lain bentuknya. Jadi, kalau menemukan varietas baru bisa dinamakan sendiri," kata Anna.

Berikut ada catatan menarik tentang Sansiviera:

1. S. Laurentii bisa mengobati diabetes (daunnya dipotong-potong dan direbus dengan 3 gelas air. Setelah jadi segelas air lalu diminum). Di Jepang untuk pengobatan ambein (setelah daunnya dikeringkan, direbus jadi segelas air dan diminum).

2. Di Malaysia dinamakan Lidah Jin. Kegunaannya, bisa menyembuhkan sakit telinga, mengobati gatal, merangsang pertumbuhan rambut, atau mengobati sakit gigi.

3. Sansevieria juga berbunga. Di malam hari akan tercium bau wangi. Hanya saja tumbuhnya tak lama.

4. Berbeda dengan tanaman lain, sansvieria tak bisa diperbanyak dengan kultur jaringan. Karena hasil perbanyakan akan berbeda bentuknya dengan induknya.

5. Serat sansevieria bisa dibuat menjadi baju dan diproduksi di Yogya. Harganya sekitar Rp 500 ribu untuk satu baju.

6. Disebut lidah mertua karena mertua dan menantu digambarkan tak pernah akur. Sansevieria sama tajamnya dengan lidah mertua, karena memiliki aura yang keras. Jika menanam di halaman sebaiknya disandingkan dengan tanaman beraura lembut.

7. Sansevieria adalah satu-satunya tanaman yang mempunyai society.

(Noverita K. Waldan/ Dari Nova)
http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=130

Anomali Pasar Anthurium Indonesia


Sunday 13 January 2008 Tampaknya kali ini anthuriumanthurium ini dicatatkan.

Dimulai dari anomali pertama mencuatnya tren anthurium yang tidak disangka-sangka, bahkan oleh pemain tanaman hias di Thailand dan seluruh dunia. Mengingat anthurium bukan tanaman hias yang lumrah dibudidayakan. Di luaran sana pemeliharaan anthurium hanya sebatas di kalangan penghobi kolektor saja atau di Botanical Garden.

Anomali kedua, ketika diprediksi tren ini hanya tren lokal berkisaran di seputaran Karanganyar saja. Ternyata muncul "tsunami di Pasar Tanaman Hias" dengan booming indukan gelombang cinta dan bibitan. Hal ini membuat gelombang cinta sempat mencatatkan rekor "Pendatang Baru Tersukses". Hal ini seharusnya tercatat di MURI, seandainya Bapak Jaya Suprana cepat tanggap.

Sebagian besar pelaku bisnis tanaman hias dan masyarakat umum, yang tidak bersentuhan langsung dengan perdagangan anthurium saat itu, banyak yang mencibir. Kalangan yang pesimis tadi menduga kalau bisnis anthurium akan anjlok seperti fenomena louhan.

Bahkan tidak sedikit yang mengeluarkan teori ada permainan pemodal besar, bahkan isu pencucian uang, dan berbagai isu miring lainnya. Tidak sedikit yang bertanya-tanya khasiat si anthurium ini, sehingga ramai dicari dan harganya setinggi langit. Ada yang mengatakan mungkin ada khasiatnya untuk kesehatan, panjang umur, penolak bala, sampai untuk obat cepat naik pangkat.

Terbukti semuanya hanya omong kosong tanpa fakta. Dunia Flora.com membuktikan bahwa itu murni dari permintaan yang memang sangat besar dalam waktu singkat dan stok yang tidak siap serta jumlahnya terbatas. Di samping itu kejelian sebagian besar pemain anthurium yang tekun menyimak analisis yang dilakukan di milis oleh seorang kontributor, bahwa faktor Thailand yang tidak mampu mensupport kebutuhan ini sama sekali, karena tidak terprediksi sama sekali. Hal inilah yang tidak disadari banyak orang, baik kalangan pebisnis dan penghobi tanaman hias, bahkan orang awam sekalipun. Anthurium naik karena opportunity ( hokki pendatang baru)dan kemampuan menganalisa data statistik.

Umumnya permainan pemodal besar hanya terbatas untuk tanaman yang sudah dikembangbiakkan di Thailand. Tanaman hias tadi di sana harganya juga tidak mahal, sehingga bisa digoreng begitu saja. Berbeda dengan anthurium yang harganya sudah terlanjur mahal, butuh keberanian dan pertaruhan investasi yang tidak sedikit untuk menggoreng pasar. Di samping tren yang baru seumur jagung. Sehingga merugikan kalau bertindak spekulatif. Tren tanaman hias di Indonesia umumnya berumur dengan kisaran 3 -4 tahun, untuk tanaman yang memiliki urat ngetop bagai artis (baca artikel Syarat Tanaman Hias Jadi Artis )

Support Thailand mulai terlihat ketika kebutuhan pasar akan gelombang cinta dan jenmani yang tidak bisa di-supply dengan baik. Kekosongan ini dicermati oleh pebisnis besar yang dipenuhi dengan mendatangkan anthurium hookeri merah, keris, garuda, bintang kejora dan corong dari Thailand, serta black silvit dari beberapa negara lain.Terbukti pasar beranomali dengan mengapresiasi produk substitusi ini dengan baik. Biasanya pasar akan bereaksi negatif dengan beralih ke pilihan lain.

Terbukti juga sampai sekarang ketika harga bibitan gelombang cinta turun, gelombang cinta tetap laris manis karena harganya terjangkau. Semanis namanya yang terus diburu orang bagai gelombang yang tak pernah surut. Meskipun sekarang harganya turun, balik ke harga normal, gelcin tetap dicari. Pembeli yang dulu berani berspekulasi membeli mahal, tetap tidak rugi. Karena pohon yang dulu dibeli mahal, sekarang ukurannya semakin besar, dan harganya juga ikut harga pohon remaja. Sehingga tetap selisih margin tipis dari pembeliannya, meskipun keuntungan tidak sebesar dulu. Itu sebabnya belum ada yang bangkrut karena anthurium.

Anomali keempat ketika pasar berkembang, banyak rekan-rekan pebisnis anthurium yang tetap ketar-ketir bahwa esok lusa harga akan jatuh. Secara mekanisme pasar untuk produk baru yang baru seumur jagung dan pasar baru berkembang. Produknya masih diminati dan dicari di pasar, selama demand belum terpenuhi maka harga tidak akan pernah turun. Apalagi belakangan ini banyak orang yang tertarik untuk memeliharanya (terkena pesona anthurium). Jadi pasar ke depan akan semakin baik.

Tetapi tetap saja pemain anthurium terkena tekanan batin setiap hari. Tampaknya baru kali ini pemain tanaman hias dibuat ketar-ketir terus menerus. Meskipun anthuriumnya terjual, mereka tidak akan bisa beli lagi, karena harganya berfluktuasi, naik terus tiap jam. Yang ngerasa untung karena sudah dapet margin, menyesal karena harga malah naik, dan ngerasa marginnya terlalu tipis. Bagi yang belum sempat jual takut rugi jika harga turun-semua dibuat sport jantung oleh objek jualannya. Anomali keempat anthurium, tampaknya untuk membuat pebisnis anthurium tidak tenang, baik yang lancar jual atau yang tidak pernah jual.

Mungkin esok lusa anomali ini akan bertambah, karena tampaknya kita masih lama untuk mendengar berbagai cerita seputaran anthurium.
http://www.harian-global.com/news.php?item.33230.3
mencatatkan diri sebagai yang teraneh dalam pergerakan pasar tanaman hias di Indonesia. Berkali-kali anomali perilaku tren