27 Maret 2008

Merah Masih Dinanti

Oleh trubusid - Senin, 03 Maret 2008

Senyum lebar menghiasi wajah Junaedi. Dua dari ratusan biji aglaonema yang disemai menghasilkan tanaman berdaun merah. Sisanya, hijau dan hijau bercak putih. Penantian selama 2 tahun pun berujung sukacita.

Kegiatan menyilang Junaedi lakukan sejak akhir 2005. Indukan pembawa warna merah, A. rotundum, didapat dari Gunawan Widjaja, pemilik nurseri tempat Jujun bekerja. Induk itu disilangkan dengan hibrida A. cochinchinense. Sayang data penyilangan luput dicatat. 'Waktu itu asal ada bunga langsung disilang-silangkan,' kata pria 30 tahun itu.

Akibatnya, begitu didapat hasil silangan berwarna merah 2 tahun kemudian, induknya sulit dilacak. Yang pasti menurut Gunawan, sri rejeki baru itu mewarisi darah rotundum dan motif splash cochin. Motif splash dipadu bercak hijau menghias daun berwarna merah muda.

Lama

Jujun bagai mendapat berkah. Untuk mendapat aglaonema berpenampilan istimewa tak mudah dan butuh waktu. Nun di Pancawati, Bogor, 2 tahun sudah dr Purbo Djojokusumo menanti aglaonema baru hasil silangan sendiri. Namun, hingga kini belum ada hasilnya. Biji-biji yang ditebar tak mau tumbuh atau tumbuh lambat berupa seedling 2-3 daun setinggi 5-10 cm.

Menurut Gregori Garnadi Hambali, penyilang kawakan di Bogor, dari 1.000 penyilangan hanya 2% didapat yang benar-benar bagus. Pengalaman Pramote Rojruangsang, penyilang di Thailand, dari 5.000 biji yang ditebar per tahun hanya 10% berwarna merah. Greg Hambali butuh 10 tahun menyilang-nyilangkan A. rotundum dan A. commutatum untuk menghasilkan aglaonema legendaris pride of sumatera.

Toh meski butuh waktu, para penyilang di tanahair dan Thailand terus berupaya menghasilkan jenis-jenis baru. Di kebun Pramote, Andretha Helmina, wartawan Trubus, melihat 2 aglaonema baru. Yang satu berwarna merah dengan motif batik. Lainnya, hijau dengan tulang daun hijau muda kekuningan. Kedua kerabat philodendron itu berumur 5 bulan dari biji. Koleksi lain yang tak kalah cantik milik Satid Srimarksook di Nonthaburi. Motifnya mirip salah satu silangan Pramote, batik. Bedanya, daun aglaonema koleksi Tumb lebih bulat dan lebar.

Nun di Sentul, Bogor, selain aglaonema hasil silangan sendiri, nurseri Wijaya juga mengoleksi hibrida baru asal negeri Gajah Putih. Total ada 15 sri rejeki. Namun, penampilan yang benar-benar beda hanya tampak pada 8 tanaman. Sebut saja aglaonema berwarna kuning kehijauan dengan tulang dan jari-jari daun merah terang, hijau dengan tulang daun merah, dan hijau muda dengan tulang daun merah. Semua hibrida asal negeri Siam itu berumur kurang dari 1 tahun. Meski begitu, penampilannya tetap menarik lantaran ada warna merah. Itulah warna yang membuat senyum terkembang di wajah Junaedi. (Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Andretha Helmina)

http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&artid=1200

1 komentar:

Anonim mengatakan...

postingannya bagus mas..bisa buat nambah wawasan..boleh barter link mas ?