19 November 2007

Demam Philo Mulai Melanda

SUARA PEMBARUAN DAILY

Demam Philo Mulai Melanda

Philodendron "Black cardinal".

Dua orang ibu asyik melihat-lihat tanaman di sebuah gerai. Pemandangan itu tertangkap ketika berlangsung Pesta Tanaman Hias se-Jawa dan Bali di Yogyakarta penggal awal November lalu. Satu per satu tanaman hias dalam pot tak luput dari perhatian mereka. Perhatian mereka tertuju pada deretan pot "bayi" Anthurium jenmanii. Tercantum harganya Rp 400.000 per pot.

"Mahal, ya?" Mereka saling berbisik.

Anthurium memang sedang naik pamor. Mulyono, pemilik gerai Mata Air mengakuinya. Di gerainya, selain menjual anakan Anthurium jenmanii, ia juga menjual anthurium gelombang cinta ukuran "raksasa". Harganya, jangan tanya. Puluhan juta rupiah, senilai harga dua sepeda motor.

Dua ibu itu urung membeli anthurium. Pilih punya pilih, mereka menjatuhkan pilihan pada Philodendron 'Sunlight'. Untuk memperoleh tanaman itu, mereka hanya mengeluarkan uang tak lebih dari Rp 50.000.

Mulyono mengakui pilihan ibu itu tepat. Sembilan tahun menggeluti usaha tanaman hias, membuatnya bisa membaca tren ke depan. "Memasuki musim hujan, philo dan aglaonema akan kembali digemari. Perburuan anthurium akan mereda," katanya. Philo yang dimaksud adalah nama pasar untuk philodendron, yang sering juga dituliskan filodendron.

Prediksi Mulyono tak jauh berbeda dengan prediksi Maria dari Toekang Keboen Nursery, pembibitan tanaman hias milik Kurniawan Junaedhie. Wartawan yang banting setir menjadi pengusaha tanaman hias itu mulai mempromosikan koleksi philonya, di antaranya Philodendron Red Imperial, Philodendron Lemon Juice, dan Philodendron Emerald. Harganya tak lebih dari Rp 50.000 per pot.

"Memang mulai banyak yang cari philo, umumnya para pedagang tanaman hias," kata Maria, yang adalah istri Kurniawan. "Bukan hanya dari Jakarta dan sekitarnya, namun juga dari daerah. Mulai banyak yang pesan, walaupun anthurium dan aglaonema juga masih ada saja yang cari," katanya.

Beda dengan anthurium yang berkesan "kuno", karena penampilan dan warna daun yang hijau pekat, Maria menganggap philodendron lebih bervariasi. Beberapa di antara tanaman asli Amerika Latin ini sudah sangat dikenal di Indonesia, seperti Philodendron pinnatifidum, Philodendron bipinnatifidum, dan Philodendron monstera deliciosa. Jenis-jenis itu tumbuh merambat.

Belakangan, muncul hibrida, dengan warna daun lebih variatif. Philo Red Imperial, misalnya, warna daunnya merah hingga oranye menyala. Philo Red Emerald, tampil dengan warna daun maroon kehijauan. Philo Lemon Juice tampil dengan warna daun warna lemon. Philo Prince of Orange, sesuai namanya, tampil dengan warna oranye cerah.

Berbeda dengan tiga jenis yang disebut terdahulu yang merambat, jenis-jenis yang disebut terakhir ini tidak merambat. Sebab itu pula, dikoleksi sebagai tanaman penghias ruangan. "Berbeda dengan anthurium, philo lebih luwes. Anthurium umumnya berukuran besar, memerlukan ruang yang sangat luas untuk mengkoleksinya. Yang terbayang kemudian rumah-rumah besar atau rumah-rumah joglo. Beda halnya dengan philo, yang bisa diletakkan di ruang tamu berukuran mungil," kata Maria.

Philodendron gergaji. [Foto-foto: Pembaruan/YC Kurniantoro]

Philodendron "Green emerald".

Dari Koleksi

Kecenderungan kolektor tanaman hias untuk mulai melirik philo juga bisa dilihat di pameran tanaman hias yang sedang berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah, tepatnya di Museum Purna Bhakti, 26 November - 3 Desember. Bukan hanya di Jakarta dan sekitarnya, tren itu juga bisa dirasakan di kota-kota lain.

Yoe Kok Siong, kolektor tanaman hias yang kini mengusahakan Kaliurang Garden Center di Kaliurang, Yogyakarta, membenarkan kenyataan itu. Di tempat pembibitannya, pencinta tanaman mulai memburu varietas tertentu philo, seperti Philo Red Congo, Philo Black Cardinal, Philo Red Cherry, dan Philo Red Nobile. "Umumnya yang datang memang pedagang tanaman hias, tetapi pada hari Minggu, datang juga kolektor dan penggemar biasa," kata Abas, karyawan di tempat pembibitan itu. Soal harga memang tak jauh berbeda dengan Jakarta, sekitar Rp 50.000.

Yoe Kok Siong memulai usahanya dari kegilaannya mengoleksi tanaman hias. Tanaman koleksi itu terutama sebagai pengisi vilanya di Kaliurang. Dari koleksi itu, ia melihat peluang untuk mengembangkannya menjadi usaha. Kini, dari tangannya bahkan telah lahir buku tentang philodendron, yang diberi judul Philodendron: Tanaman Hias Daun yang Menawan, yang ditulisnya bersama NS Budiana. Ia juga mengaku sedang menyiapkan buku tentang anthurium. "Selain philo, saya juga banyak mengoleksi anthurium," ujarnya. [Pembaruan/Sotyati]

Tidak ada komentar: