11 Desember 2007

Raja Hitam Penakluk si Bongsor


Oleh trubuson Sabtu, 01 Desember 2007) Jari-jemari Suci Puji Suryani bergerak lincah menekan tuts komputer jinjing. Angka di lembar penjurian pun berpindah ke komputer bank data. Begitu rekap penilaian dicetak 30 menit berselang, 3 juri mengangguk sepakat. Total poin tertinggi merujuk pada 1 pot pilihan. 'Ini sebuah kemenangan absolut,' kata Evy Syariefa, salah satu juri. Anthurium jenmanii koleksi Ir Horas Pardomuan Batubara atau Domu di pot 35 pun menjadi yang terbaik di kelas jenmanii.

Raja daun berwarna kehitaman itu memang luar biasa. 'Penampilan daun kompak, roset, dan rimbun. Ia kian unggul karena didukung kesehatan yang tinggi, daunnya mulus, nyaris tanpa cacat,' kata Nurdi Basuki, juri lain. Sosoknya semakin kokoh karena tangkai daun pendek. Tiga juri-Nurdi Basuki, Ukay Saputra, dan Evy Syariefa-pun menobatkannya sebagai yang terbaik. Warna hitam pun menarik. Banyak kalangan menduga varian berwarnalah yang bakal diminati di masa depan.

Sejatinya, pesaing utama si hitam tak kalah tangguh. Saudara selubuknya-juga milik Domu-berpenampilan prima. Urat dan liukan daun jenmanii kol itu menonjol. Sayang, posisi tumbuh daun kurang kompak. Ia pun mesti puas di posisi kedua dengan total nilai 244,785. Selisih 2,61 poin dengan si hitam yang mendulang angka 247,395. Di tempat ketiga, bertengger A. jenmanii tanduk lilin koleksi Mohawari. 'Tanduk lilin paling langka di antara semua kontestan. Namun, ini bukan lomba kelangkaan. Yang tampil prima yang pantas juara,' tutur Nurdi.

Toh, bukan berarti peserta lain tak berkualitas. Sebut saja A. jenmanii dengan pot cokelat berpita milik Maria A Aprima Vista. Kontestan bernomor 25 itu menarik perhatian tim juri dan pengunjung. Maklum, sosoknya yang bongsor tampak indah dengan daun yang mulus. Ia pun melenggang ke posisi 10 besar. Sayang, ia gagal menorehkan sejarah sebagai juara karena 3 juri cukup jeli. 'Ada ujung daun yang digunting mengikuti pola normal, mungkin karena rusak,' kata Evy Syariefa. Si bongsor berdaun 20 pun tumbang.

Seru

Kontes anthurium yang digelar pada ajang Trubus Agro Expo 2007 itu menyedot perhatian pengunjung. Sebanyak 81 raja daun turut ambil bagian dalam kompetisi itu. 'Jumlah peserta meningkat 100%. Tiga bulan silam kontes serupa hanya diikuti 40 peserta,' kata Utami Kartika Putri, manajer pengembangan Trubus. Sayang, menurut Nurdi secara keseluruhan kualitas peserta menurun. Diduga indukan jenmanii berkualitas telah berpindah tangan ke kolektor di Jawa Tengah.

Yang menarik, peserta jenis anthurium lain pun membeludak. Sebut saja kelas nonjenmanii dan nonwave of love pun dimeriahkan 39 kontestan. Kali ini A. hookeri variegata milik Sukarno yang memenangkan pertarungan. Secara tak terduga ia mengalahkan indukan corong milik H Husein. 'Kesan pertama hookeri lebih menonjol,' kata Nurdi. Menurut Nurdi, yang justru menarik ialah sang jawara 3, keris tanduk. Tepi daun bergelombang khas, daun sempit, melengkung, dan bentuk daun membentuk huruf V. Diduga ia silangan keris dengan wave of love.

Di kelas wave of love, 2 tempat terbaik diboyong Riana Suma Putri dari Gading Permai. Gelombang cinta di pot nomor 6 dan 7 koleksinya menempati posisi pertama dan kedua. Keduanya tampil sebagai juara karena tipe gelombang menarik dan daun sehat. Sementara pemenang ketiga direngkuh A. plowmanii koleksi Ruwiyantoro yang berdaun belang.

Sansevieria

Di tengah demam anthurium di Indonesia, hajatan pada 11 November 2007 itu juga menggelar lomba sansevieria. 'Di sini luar biasanya. Justru saat tren anthurium, sansevieria yang keluar di kontes kualitasnya malah meningkat tajam,' kata Ana Silvana, juri sansevieria. Di kontes kali ini banyak sekali sansevieria langka dan mutasi yang berpenampilan prima. Lazimnya, sansevieria langka dan mutasi tampil memble di kontes. Pasalnya, kondisi mereka hanya 2-3 daun atau berdaun banyak tapi stres karena perjalanan jauh. Posisi juara pun banyak digenggam kelompok trifasciata, sansevieria kebanyakan yang tak langka.

Menurut Ana, hadirnya jenis langka dan mutasi berpenampilan prima karena demam anthurium. 'Semua orang fokus pada raja daun. Sementara bagi penggemar sansevieria sejati, itu saat tepat untuk pemulihan. Maklum, jenis langka dan prima banyak didatangkan dari mancanegara,' kata wanita yang berprofesi sebagai eksportir sansevieria itu. Ana menyebut Sansevieria fischerii variegata dan S. cylindrica variegata sebagai contoh.

Dua tanaman yang disebut terakhir itu dinobatkan 3 juri-Ana Silvana, Grace Satya Dharma, dan Syah Angkasa-sebagai kampiun dan runner up di kelas batang tunggal. Kedua lidah jin itu koleksi Edi Sebayang, kolektor sansevieria yang getol mendatangkan lidah naga-sebutannya di China-dari Thailand. Di posisi ketiga Sansevieria patens milik Ramandya Rafi Bagaskoro. Sementara di kelas batang majemuk, koleksi Dr Wisyanti Siahaan, B Rudy, dan Edi Sebayang secara berurutan di posisi 1-3. Menurut Ana, lidah naga pun tak mau kalah dengan sang raja daun, anthurium. (Destika Cahyana/Peliput: Nesia Artdiyasa)

http://www.trubus-online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&artid=129

Tidak ada komentar: