17 Desember 2007

Anthurium Primadona bagi Kalangan Pencuri

Kedaulatan rakyat - 07/12/2007) SEPANJANG tahun 2007, mungkin tahunnya tanaman hias Anthurium terutama jenis jenmanii. Harganya yang melambung tinggi, membuat tanaman yang aslinya berasal dari hutan Amazon menjadi 'magnet' bagi para pencuri mengalihkan sasarannya. Mungkin di kalangan pelaku kejahatan berpendapat daripada menggasak sepeda motor, lebih baik menyikat Anthurium. Sebab selain mudah dicuri, tanaman hias berbagai jenis ini harga jualnya melebihi motor 'bodong' dan cepat laku.

Sebab Anthurium terutama Jenmanii spesies tertentu misalnya, jenis Cobra, Raja Cobra, Anaconda, Phyton dan Mangkok dengan beberapa helai daun saja harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Belum lagi, anthurium dengan warna tangkai dan ruas daun warna hitam dan merah seperti Garuda Hitam, Garuda Merah, Hockery Merah dan Hockery Hitam. Tak mengherankan jika para penggemar dan pemilik tanaman hias ini ketar-ketir, sebab hampir di seluruh daerah seperti Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Solo, Wonosari, Sleman, Kota Yogya, Salatiga, Ambarawa dan kota-kota lain, hampir tiap hari terjadi pencurian tanaman hias tersebut. Yang meresahkan, sasarannya tidak hanya untuk tanaman yang telah berumur dan memiliki harga ratusan juta rupiah, Anthurium yang masih bibit yang harganya puluhan ribu rupiah-pun disikat.

Memang, bermain tanaman Anthurium, tak bedanya dengan uang valas, yang perubahannya terjadi sangat cepat di setiap saat. Contoh saja, untuk bibit gelombang cinta jenis Giant, dengan daun yang berjumlah 4 hingga 5 helai, paling murah Rp 20 ribu. Tergantung siapa yang butuh dan membeli. Begitu pula untuk Hockery, tunas yang baru tumbuh dihargai puluhan ribu rupiah. Sedangkan untuk jenmanii, dihargai perdaun Rp 100.000 - Rp 150.000. Ketika sudah menjadi tumbuhan, harganya menjadi lebih gila lagi.

Untuk jenis jenmanii, ada yang laku mencapai ratusan juta rupiah. Dalam kondisi seperti inilah, tak mengherankan jika aksi pencurian Anthurium menjadi makin marak dan nekat. Pelakunya pun tak main-main, mulai dari para penjahat dan bahkan orang baik-baik yang memiliki gemerlap harta benda, termasuk juga aparat penegak hukum yang seharusnya memerangi kejahatan. Motif utamanya adalah mengejar keuntungan ekonomi dan juga gengsi. Kasus tertangkapnya sindikat pencuri gelombang cinta di Sragen baru-baru ini menumbuhkan dugaan, di balik pencurian anthurium ini ada sosok yang memang memiliki duit dan sudah menjadi sebuah sindikasi yang memiliki jaringan luas. Di wilayah Godean Sleman, Anthurium milik seorang pejabat di Pemkab Sleman yang telah ditawar dengan harga Rp 120 juta, amblas disikat maling. Padahal rumah pejabat tersebut, telah dipagar dengan tembok yang cukup tinggi.

Di Sragen, korban pencurian Wakil Bupati Sragen Agus Fatchurrahman SH. Bunga hias gelombang cinta jenis rafflesia senilai ratusan juta rupiah diembat maling pada dini hari milik wabup dilaporkan telah dibedhol maling. Sedangkan di Sukoharjo, modus operandi pencurian Anthurium bermacam-macam. Seperti pura-pura melihat-lihat tanaman, pura-pura mau beli tapi buntutnya ngembat tanaman 'cikru' dengan cara mencabut dari pot dan lantas memasukkan ke dalam jaket. Modus lainnya dengan cara merusak gembok pintu pagar nursery. Tidak sedikit pelaku yang berhasil membawa kabur tanaman sehingga si pemilik Anthurium hanya 'ngelus dada'.

Para penggemar Anthurium-pun geram dengan ulah para pencoleng itu. Sehingga jika ada pelaku yang tertangkap pasti dihajar massa terlebih dahulu sebelum diserahkan ke polisi. Hal inilah yang dialami Ari Budianto warga Cluringan yang tertangkap basah 'nyolong' puluhan Gelombang Cinta milik korban Sumanto (47) di Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo. Tak hanya itu, Yd (23) warga Panembahan Yogya menghembuskan napas terakhirnya di tangan massa saat berusaha 'memetik' 17 Anthurium di rumah Lukman Khusadi (49) perwira TNI AD di Dusun Rukeman Tamantirto Kasihan Bantul, Senin (12/11).

Saat itu Yd beraksi bersama Mln (27) warga Serangan Ngampilan Yogya. Meski demikian, 'pelajaran berharga' itu tak dipikirkan oleh pelaku lainnya. Mereka tetap mengintai Anthurium sambil menunggu pemiliknya lengah. Maraknya pencurian Anthurium menjadikan beberapa kolektor tanaman hias melakukan langkah preventif. Hal itu seperti dilakukan oleh H Danar Rahmanto. Pemilik Sekar Ijo Nurshery yang terletak di Ngadirojo, Wonogiri. Danar mempercayakan keamanan kios tanaman hiasnya kepada orang yang betul-betul bisa dipercaya. "Selain itu kami juga punya komitmen tetangga lingkungan rumah terdekat jangan sampai diabaikan,” ujar dia sembari menyebutkan jika kita ingin 'diuwongke uwong' maka ya harus mau 'nguwongke uwong'.

Maraknya aksi pencurian tanaman hias ini juga sempat membuat geram Kapolres Karanganyar AKBP Rikwanto. "Kami mengimbau kepada semua kapolsek untuk mewaspadai kejahatan curjem. Jika perlu ambil tindakan keras untuk pelakunya," tegasnya. Diakui antisipasi ini perlu dilakukan di tahun depan, sebab selama tahun 2007 di Karanganyar maraknya aksi pencurian tanaman hias diikuti dengan turunnya angka kejahatan konvensional misalnya pencurian kendaraan bermotor (curanmor). q - m.
http://www.koranmerapi.com/web/detail.php?sid=144865&actmenu=39

Tidak ada komentar: